Dolar Amerika terus kehilangan pangsa pasar global, namun euro belum banyak diuntungkan, menurut studi terbaru ECB. Pada akhir 2024, porsi dolar dalam cadangan devisa global turun 2 poin persentase menjadi 58%, melanjutkan tren penurunan dekade terakhir. Sementara itu, yen Jepang dan dolar Kanada justru memperoleh keuntungan lebih besar dibanding euro, yang masih bertahan di bawah 20%.
Emas juga mencetak rekor permintaan dari bank sentral, dengan lebih dari 1.000 ton dibeli sepanjang tahun—dua kali lipat rata-rata tahunan dekade sebelumnya. Alasan utamanya: diversifikasi dan lindung nilai terhadap risiko geopolitik.
Meskipun euro mulai menguat terhadap dolar sejak April, ECB menilai eurozone masih menghadapi hambatan struktural—seperti kurangnya obligasi bersama dan sistem perbankan terpadu—yang menghalangi kemajuan euro sebagai mata uang cadangan global yang dominan.
Dolar AS melemah setelah data inflasi AS tidak memenuhi ekspektasi pasar. Inflasi utama naik dari 2,3% ke 2,4% pada Mei, tetapi masih di bawah prediksi 2,5%. Sementara itu, inflasi inti tetap di 2,8%, lebih rendah dari perkiraan 2,9%. Akibatnya, DXY (indeks dolar) menurun, memicu penguatan mata uang lain seperti euro, pound sterling, dolar Kanada, dan yen Jepang.
Pergerakan pasar:
EUR/USD naik mendekati 1.1500 karena reaksi positif terhadap data inflasi.
GBP/USD rebound karena melemahnya dolar secara umum.
USD/CAD terus menekan support 1.3650 akibat reli harga minyak.
USD/JPY menurun seiring turunnya imbal hasil obligasi AS.
Secara umum, pasar bereaksi terhadap sinyal bahwa tekanan inflasi belum cukup kuat untuk mendorong kenaikan suku bunga baru dari The Fed.