Kalau kamu main di dunia trading — terutama forex, saham, atau komoditas — dua hal yang wajib kamu pahami adalah inflasi dan suku bunga.
Kedua faktor ini bukan cuma teori ekonomi. Mereka adalah motor utama yang menggerakkan harga di pasar keuangan.
Tanpa paham dua hal ini, kamu cuma akan jadi penonton di market yang lagi digerakkan oleh orang lain.
1. Apa Itu Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu.
Singkatnya: uang kamu makin lama nilainya makin kecil.
Contoh simpel:
Tahun lalu kamu beli nasi goreng 15 ribu.
Sekarang harganya 18 ribu.
Uangnya sama, tapi daya belinya turun.
Itu namanya inflasi.
Inflasi yang terlalu tinggi bikin daya beli masyarakat turun.
Tapi kalau terlalu rendah, ekonomi malah bisa mandek.
Jadi, bank sentral berusaha menjaga inflasi di level stabil — nggak terlalu panas, nggak terlalu dingin.
2. Apa Itu Suku Bunga
Suku bunga adalah harga dari uang.
Kalau kamu minjam uang, kamu bayar bunga.
Kalau kamu simpan uang di bank, kamu dapat bunga.
Dan angka bunga itu dikontrol oleh bank sentral (seperti The Fed di AS atau BI di Indonesia).
Suku bunga ini jadi alat utama untuk mengendalikan inflasi.
Logikanya begini:
- Kalau inflasi naik, bank sentral naikkan suku bunga biar orang nggak kebanyakan belanja dan pinjam uang.
- Kalau ekonomi lesu, bank sentral turunkan suku bunga supaya kredit murah dan ekonomi bergerak lagi.
Jadi, inflasi dan suku bunga itu selalu saling terkait — kayak rem dan gas dalam mobil ekonomi.
3. Hubungan Inflasi & Suku Bunga terhadap Trading
Nah, di sinilah bagian yang paling penting buat trader.
Inflasi dan suku bunga itu bisa mengguncang market dalam hitungan detik.
a. Forex
- Saat suku bunga suatu negara naik, mata uangnya biasanya menguat. Karena investor global lebih tertarik menaruh uang di negara dengan imbal hasil tinggi.
- Sebaliknya, kalau suku bunga turun, mata uangnya cenderung melemah.
Makanya berita seperti “The Fed naikkan suku bunga 0.25%” bisa bikin USD langsung melonjak dan pasangan seperti EUR/USD atau GBP/USD terjun bebas.
b. Saham
- Suku bunga tinggi = biaya pinjaman naik, perusahaan jadi lebih hati-hati ekspansi → harga saham bisa turun.
- Tapi kalau suku bunga rendah, perusahaan bisa tumbuh lebih cepat → saham cenderung naik.
Jadi, bull market biasanya muncul di era bunga rendah,
sedangkan bear market sering muncul ketika suku bunga terus naik.
c. Emas & Komoditas
Emas biasanya naik ketika:
- Inflasi tinggi (karena orang cari aset lindung nilai),
- atau suku bunga turun (karena tidak ada imbal hasil besar dari obligasi/bank).
Tapi kalau suku bunga naik tinggi, orang pindah ke instrumen yang kasih bunga (kayak obligasi),
dan harga emas sering jatuh.
4. Dampak Langsung ke Trader
Kalau kamu trader, berarti kamu harus:
1. Ikuti jadwal rilis data ekonomi.
Kayak CPI (inflasi), FOMC Meeting (suku bunga AS), dan BI Rate (suku bunga Indonesia).
2. Perhatikan arah kebijakan bank sentral.
Market sering bergerak bukan karena data, tapi karena ekspektasi.
Misal: “The Fed kemungkinan naik bunga bulan depan.” → USD bisa menguat bahkan sebelum keputusan resmi keluar.
3. Pahami konteks makro.
Trading bukan cuma soal chart. Market selalu bergerak karena faktor fundamental seperti ini.
Kesimpulan
Inflasi dan suku bunga adalah denyut nadi ekonomi global.
Dua hal ini bisa mengubah arah pasar dalam sekejap — dari bullish ke bearish, atau sebaliknya.
Trader hebat nggak cuma baca chart, tapi juga baca arah kebijakan ekonomi.
Karena kalau kamu tahu “kenapa market bergerak”, kamu nggak akan panik waktu market tiba-tiba liar.
Kamu justru bisa ikut arus — bukan tenggelam di dalamnya.
